Aku selalu tersenyum
kalau ingat tentang surat yang diberi oleh nana sesaat sebelum
keberangkatanku ke prancis dulu. surat yang sangat mengharukan
batinku oleh seseorang yang pernah mengisi kehidupanku. sekarang aku
sudah masuk kuliah semester pertama di salah satu universitas di kota
ayahku bekerja, Bordeaux. Ketika ada waktu senggang aku kadang
menghubungi nana melalui skype. Sepertinya teknologi
memudahkan kami untuk saling bertemu walaupun itu sebatas bertatap
muka di depan laptop berukuran kecil pemberian ibuku. Tapi tak
apalah.
Nana sering bercerita
bagaimana kehidupannya sekarang, dia juga bercerita mengenai kampus
barunya. Dia juga bercerita bahwa ada seniornya yang bernama tommy
sedang berusaha melakukan pendekatan dengan dirinya. Tetapi nana
tidak suka dengan seniornya karena perbedaan usia yang cukup jauh.
Ada saatnya ketika aku
yang mengambil alih pembicaraan, aku berusaha untuk memutar beberapa
memori masa lalu.
“na, lo ingat nggak
doni yang dulu gendut, yang dulu celanaya sobek gara-gara jongkok?”
kataku via skype
“iya, san gue inget
hahahahahaha temen lo tuh di ketawaainnn terus” jawab nana dengan
tertawa
Kenapa aku sering
menyisipkan memori atau cerita masa lalu di pembicaraan kita sekarang
? setelah aku pikir-pikir masa lalu itu dapat membuat kita tertawa
bersama, dapat membuat kita lupa akan kejenuhan yang kita hadapi
sekarang. Walaupun ada beberapa masa lalu yang tidak pernah aku
ungkapkan atau ku ceritakan kembali.
“san, kok lu gak bales
surat gue dulu huh ?” Tanya nana
“aduh surat yang mana,
hari gini masih jaman ya pake surat haha” jawab aku dengan tertawa
“yang mana aja deh,
lupa kan lupa kan” pungkas nana sedikit marah
“nana nana hahahahaha”
Setelah itu, nana
langsung disconnect. Aku tahu perbedaan waktulah yang menyebabkan
sulitnya komunikasi antara kita berdua. Selain skype kita
masih aktif di twitter dan facebook walaupun sesekali.
Dan aku yakin disana nana pasti sudah tertidur.
Hari-hari berikutnya aku
banyak disibukkan dengan padatnya jadwal kuliah. Banyaknya tugas
kelompok dan tugas individual membuat aku jarang untuk menyapa nana.
Hari ini aku ada tugas kunjungan ke museum tua di sudut kota
Bordeaux. Kali ini aku bertiga dan kebetulan semua adalah orang
Indonesia. Chiko dan Fendi. Chiko adalah mahasiswi Indonesia asli.
Yang ku maksud adalah asli cantiknya.
Hasil dari kawin silang
ibu bandung dan bapak cianjur. Putih dan rambutnya panjang. Dengan
kacamata yang menghiasi wajahnya dia hampir menjadi idola dikalangan
teman-teman dikampus. Sementara fendi adalah hasil percampuran dua
keturunan. Ibu asli Yogyakarta dan bapak medan. Badannya yang tegap
membuat fendi yang tingginya kuperkirakan 180 cm kelihatan lebih pede
dengan bule-bule disini.
Kami bertiga disuruh
untuk mengenal sejarah kota Bordeaux. Tentang ragam penduduk,
perkembangan kota dari masa ke masa, arus modernisasi di kota ini dan
yang lainnya. Banyak sekali disana foto-foto perkembangan kota ini.
Ada juga peninggalan-peninggalan sejarah seperti lukisan-lukisan raja
dan ratu yang dulu menguasai daerah setempat.
“udah lo catet semua ?”
tanyaku pada mereka berdua
“udah san, inih coba lo
liat deh” timpal chiko sambil menyodorkan buku yang berisi banyak
catatan
“gue kesana bentar
ya”kata fendi sambil berjalan menjauh. Kutebak dia sedang ingin
menyendiri sambil membalas sms dari kenalan baru bule asal belanda.
“hmm…bagus nih
catetannya, udah lengkap kok, kesana lagi yuk” kataku pada chiko
sambil berjalan.
Aku berhenti disebuah
guci. Apapun lah itu. Tapi yang pasti bentukya menyerupai guci
lengkap dengan ukiran khas eropa. Kubaca kalimat per kalimat, kata
per kata penjelasan yag ada di depan guci tersebut. Segera aku
membuka bukuku untuk mencatat namun chiko lebih dulu memanggilku
“udah gue catet , san..
lu santai aja” kata chiko dari samping
“ohhh udah ada lu catet
hehehehe makasih ya ntar gue nyontek” kataku
Selain cantik, chiko juga
baik hati. Beberapa kesempatan aku sering mencuri pandang ke arahnya.
Kadang tak sengaja mata kita saling bertemu. Seolah ingin berbicara
lebih dalam, mengenal satu sama lain.
“I think that enough
for today, guys. Pulang yukkss udah hampir malem juga ” kata chiko
Kata-katanya langsung aku
setujui dengan anggukan kepala, begitu juga fendi yang datang entah
darimana.
Malam harinya ditengah
dinginnya kota Bordeaux kuarahkan tatapanku kearah jendela kamarku.
Menghadap langsung kearah luar jalan sambil menghangatkan diri minum
kopi. Jam tangan menunjukkan pukul 10 waktu setempat namun cuaca
tidak bersahabat sama sekali malam hari itu. Ku dekatkan heater
dan duduk kembali dekat jendela. Tanpa kurasa tatapanku dijendela
yang tadinya dipenuhi cahaya gemerlap lampu rumah penduduk sekitar
berubah menjadi lapisan Kristal es yang jatuh dari langit. Oh god,
its winter!
Karena malam itu tidak
ada hal yang dilakukan dan aku juga belum mengantuk, aku mengambil
telepon seluler ku dan iseng mengirimkan pesan singkat ke chiko.
“Hello Indonesian,
neng lagi ngapain ? diluar winter atuh”
Sent
Sadar atau tidak entah
kenapa aku tiba-tiba mengirimkan pesan singkat ke chiko. Mungkin
karena tadi siangnya aku terlalu memperhatikan dia, tapi tak apalah,
yang diperhatikan juga wanita cantik nan baik hati seperti dia.
2 menit kemudian
Trutt…
Sms masuk, kulihat
balasan dari chiko
“halo Indonesian
jomblo, lagi nonton film aja nih di laptop. Kesepian ya, gak say
hello sama mantan di Indonesia ? ntar dia nyariin loh pfttt..”
Terus aku balas
“gak, ntar aja ah,
lagian dia kayaknya lagi sibuk jam segini. Besok sibuk? ngopi yuk di
el oro”
Sent
Beberapa saat kemudian
“bisa diatur, asal situ
yang bayarin haha”
Kringggg…..alarm dari
ponselku berdering. Aku ketiduran didepan heater. Aku masih
malas untuk beranjak dari kasur tempatku tertidur tadi malam. Ku coba
buka ponsel dan melihat ke folder message. Ternyata chiko sudah
memberi tahu jam berapa kita ke el oro hari itu. Beberapa saat
kemudian akhirnya aku memberanikan badanku terangkat. Sesekali aku
membenarkan posisi badanku saat berdiri. Setelah kubereskan, aku
langsung beranjak ke depan laptop. Aku mulai membuka skype ku dan
berharap nana online. Ternyata tidak.
Setelah mandi, aku
bersiap untuk ke el oro.
Chiko rupanya sudah
sampai duluan di el oro, dalam benakku tepat waktu sekali anak ini.
“udah pesen duluan aja
lu kopi” kata aku sambil duduk
“yaiyalah, kan kita
hari di bayari sama akang ihsan pftt…” celetuk chiko. “pesan
dulu atuh akang ”
“iyee..bawel”
Sesaat kemudian aku masuk
ke el oro untuk memesan kopi. Setelah memesan kopi aku kembali ke
luar el oro dan duduk di kursi.
Suasana el oro memang
layaknya seperti iklan-iklan kopi eropa yang pernah ku tonton di
Indonesia dulu. punya kios sendiri dan tempat duduknya diluar sambil
bertuliskan menu favorit kopi hari ini dengan kapur di papan tulis
yang diletakkan di dekat pintu masuk.
“oh ya, pinjem catetan
lo kemaren dong” kataku mencoba membuka pembicaraan
“ah males, ngapain
minjemin orang yang diem liatin guci, trus udah gitu aja, nyatet juga
nggak” kata chiko
“yaelah, pelit amat
sih. Gue kemaren gak fokus nyatet ” sambil meniup kopi yang masih
panas
“gak fokus apanya coba,
kalo mau bayar” gertak chiko
“gue gak fokus karena
liat lo, chiko bawel. Lah, ini kan ntar gue yang bayarin, bayar apa
lagi ?”
“halah, alesan. Tau ah
bayar pake apa aja boyeh” celetuk dia
“halah pulang yuk,
rewel nih” kata aku sambil agak sewot
“eh ngapain pulang,
belom juga tutup, come on” kata chiko sambil berusaha
membujuk. Padahal aku Cuma berpura-pura
Tak terasa malam sudah
menyelimuti awan disekeliling kita. Kopi yang ada dihadapanku pun
sudah lama habis, tapi obrolan kita seakan masih cukup panjang untuk
dihabiskan bersama dinginnya malam itu.
“pulang yukk” kata
chiko yang sudah kelihatan mengantuk
“yukkk, eh makasih
banget ya buat hari ini” kataku sebelum pergi
“iya san, makasih juga.
San, anterin gue pulang ya sampai depan flat” pinta chiko padaku
“oke” disaat yang
bersamaan kamipun berjalan bersama-sama
Saat berjalan aku banyak
cerita mengenai nana kepada chiko, chiko bayak mengangguk dan tak
banyak berbicara malam itu. Aku bercerita bagaimana kami sudah lama
tidak bertegur sapa. Malam ini cuacanya sangat dingin, sedingin
tanggapan chiko terhadap ceritaku. Sekarang tepat kami berada didepan
flatnya chiko ketika aku ingin memulai cerita berikutnya.
“san makasih banyak ya
buat hari ini” kata chiko sambil tersenyum simpul padaku
“iya, bonne nuit”
kataku.
Tatapan matanya tak pernah ku lepas sampai akhirnya
tatapan kami terhalang pintu flat yang seketika tertutup. Malam ini
senyumnya sedikit menghangatkan bibirku yang tadi sedikit membeku
tanpa senyumannya.
Setelah sampai kerumah
aku langsung bergegas mandi dengan air hangat. Setelah itu kembali
kupasang sweater untuk menghangatkan malam ini. Salju diluar
kuperhatikan dari jendela kamar memang sangat tebal. Kelihatannya
malam ini merupakan puncak musim dingin. Akupun sebentar diam. Dengan
muka nanar tiba-tiba aku kepikiran tentang chiko. Bias rupanya tak
henti-hentinya menghias fantasi lamunanku. Sebenarnya aku ingin
bertanya pada seseorang, siapapun itu. Tapi berhubung aku Cuma
sendiri saat itu jadi aku pasrah bertanya pada diriku sendiri yang
penuh dengan keraguan. Salahkah aku menyukainya ?
“tok..tokk..tookkkkk”
kira-kira seperti itu bunyi pintu pagi itu. Aku seketika terbangun
dari lelap. Dengan keadaan yang sedikit berantakan dan agak ngantuk
aku bergegas pergi kepintu untuk membuka pintu. Ku intip dari lubang
kecil yang ada dipintu kamarku kulihat ada sesosok wanita. sepertinya
itu adalah tetanggaku diujung yang sering minta bantuan untuk
memperbaiki bola lampu. Ku buka perlahan ternyata bukan. Badannya
lebih ramping. Apa jangan-jangan tetanggaku itu diet berat, tapi
tidak mungkin. Kulihat sekilas sepertinya aku kenal.
“ihsaaannnnnnnn ”
teriaknya sambil memelukku
Aku yang terkejut dan
masih abu-abu menerka ini siapa menyambut pelukannya dengan masih
penuh tanda Tanya
“haiiii…” kataku
Saat itu pula dia
melepaskan pelukannya
“kamu pasti lupa kan,
hayooo…” katanya
Arghh…aku kenal suara
itu, sama seperti suara yang dulu memanggilku ketika aku duduk di
depan ruang guru sekolahku dulu sebelum pindah.
“nanaaaaaa ”kataku
dengan penuh keyakinan
“yaiyalah, aku udah
dilupain kan huhuhuhu” katanya
“kok gak bilang-bilang
kesini mau liburan, kan aku bisa prepare dulu gak berantakan
kayak gini di kamarku” kataku yang terkejut dengan datangnya nana
tiba-tiba
“gak papa san kan aku
memang mau bikin surprise buat kamu hehehe” kata nana dengan muka
sangat ceria
“ayo masuk dulu, kita
cerita-cerita, sorry berantakan, maklum anak cowok”
Sambil membersihkan
kamar, aku mempersilakan nana untuk duduk di sofa dekat jendela.
Beberapa saat kemudian kami memulai perbincangan hangat. Tak terasa
waktu telah berputar cukup lama hingga aku tak sadar perut sudah
berbunyi. Tanpa pikir panjang aku mengajak nana untuk makan di el
oro, tempat makan dan nongkrong favoritku di sini, sekaligus mengajak
dia jalan-jalan. Dan dia mengangguk ketika aku ajak.
Sambil berjalan menuju el
oro nana selalu terkesima dengan pemandangan disamping sebelah kiri.
Matanya tak henti-hentinya memandangi Bangunan yang berdiri disana
yang Menghadap langsung ke Sungai Garrone, sungai yang melintasi kota
Bordeaux. di ujung jalan ada Musée des Beaux Arts, sebuah museum
yang sangat terkenal akan galeri lukisan para pelukis terkenal macam
Picasso. Begitupun ketika kami mulai mendekati el oro. kita bisa
melihat bangunan besar megah yang umurnya sudah sangat tua yaitu
gereja St. Pierre.
“na, mau pesen apa lo
?” kataku sambil mempersilakan nana duduk
“es teh ada ? hahahaha
teserah lo aja san” kata nana sambil menepuk pundak aku
Aku masuk kedalam dan
memesan minuman. Beberapa saat kemudian aku kembali lagi dengan
membawa 2 minuman dan beberapa camilan. Topik pembicaraan pun kami
lanjutkan kembali. canda tawa terus mewarnai setiap pembicaraan kami
sore itu. kubuka telepon selulerku yang kurasa selama kami berbincang
bergetar di saku celanaku. Kulihat ada 1 pesan masuk. Kubuka ternyata
itu dari chiko. Pikirku ada apa ini chiko. Kubuka pesan darinya
“san, minum kopi yuk,
di el oro, ketemuan disana aja ya, jam 5. Don’t be late”
Kulihat arloji di
tanganku sekitar setengah jam lagi jam 5. Kupikir chiko adalah orang
yang on time dan dia sepertinya akan datang sebelum jam 5. Kulihat
sekeliling belum ada tanda-tanda sesosok wanita dengan badan kecil
berkacamata dan rambut di ikat datang. Aku kembali memulai topik baru
berbicara dengan nana. Nana sebelumnya memperhatikanku terus saat aku
sedang memainkan telepon selulerku. Seakan dia ingin tahu apa yang
sedang kulihat. Sungguh terkejutnya aku ketika minum kopi ada yang
menepuk pundak ku dari belakang.
“sannnn” sambil
menepuk pundakku
Aku terkejut karena ada
yang menepuk pundakku dari belakang. Kopi yang ku minum hampir saja
tumpah. Ada apa ini nana memukul pundakku, ketika ku berbalik
ternyata chiko. Nana yang sedang kagum mengabadikan gereja st. pierre
menggunakan i-phone barunya itu berbalik kearah datangnya chiko.
“hai chiko, silakan
duduk” kataku sambil menarik kursi di meja sebelah yang kosong
Saat chiko duduk kulihat
matanya tak hentinya memandangi orang yang ada disamping kiriku,
nana. Tatapan matanya Seperti bertanya-tanya siapa orang yang ada
bersamaku saat itu.
“oh ya, na kenalkan ini
temanku, chiko” kataku memecah keheningan
“nana” kata nana
sambil tersenyum
“chiko” kata chiko
dengan membalas senyuman dan bersalaman
“apaan tuh yang lo
bawa chik ? kayaknya piringan hitam ya” kataku sambil menebak
barang yang chiko bawa
“oh iya ini piringan
hitam yang isinya lagu Beatrice martin, ini oleh-oleh aku buat kamu.
Kemarin baru aja pulang dari paris” kata chiko sambil memberi aku
oleh-olehya tersebut.
“wah makasih banyak
chik, tapi kapan lo ke paris kan kita malam kemarin baru aja ketemu
?” tanyaku
“sebenarnya udah lama,
cuma baru sekarang bisa gue kasih” ungkapnya
Dilain sisi, nana yang
dari tadi kudiamkan tiba-tiba ingin kembali ke hotel tempat dia
istirahat
“kenapa buru-buru na
mau pulang ? ah ga asik” kataku dengan muka sedikit kecewa
“gue capek san, pengen
istirahat” katanya
“gue anter ya” kataku
“gak usah, kasian chiko
masa lo tinggal sendiri dia. Lagian ternyata deket kok hotel aku dari
sini, santai aja” katanya
“pulang san, pulang
chik, have a nice day” katanya sambil melempar senyuman dan
berlalu dari hadapan kami
“san, itu tadi nana
yang sering lo certain ?” kata chiko ketika nana sudah tak terlihat
“iya, dia liburan
kesini, ngasih surprise. Datang aja gak bilang-bilang dia haha kasian
dia kecapean” kataku sambil muter-muter sendok di cangkir yang
masih tersisa sedikit kopi
“ohhhhhh” kata nana
datar
“san lo tau nggak,
kadang perasaan seseorang itu berbeda-beda cara penyampaiannya”
tambahnya
“maksud lo apaan chik
?” kataku bingung dengan apa yang baru saja dia ucapkan
“ya gitu deh. Manusia
kadang malu untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan secara
langsung, kadang ia hanya memberikan sinyal-sinyal atau kode. Kadang
ia menumpahkan perasaannya di kesenangannya” kata chiko sambil
melihat orang lalu lalang di depannya
“gue gak ngerti apa
yang lo bicarain chik” kataku dengan sangat tidak mengerti apa
maksud dari perkataan chiko tadi
“lo tau kan ketika
seorang penyair yang jatuh cinta kepada orang yang ia cintai malu
untuk mengungkapkan perasaannya sesungguhnya, dia akan lebih suka
mengungkapkanya lewat lirik lagu ketimbang mengucapkannya secara
langsung. Sama seperti seorang pelukis ataupun yang lainnya. Kenapa ?
karena menurut dia itulah cara terbaik agar pasangannya tau perasaan
dia sesungguhnya. Kadang mereka juga lebih baik memendam perasaannya
agar orang yang iya cintai tak menjauh darinya” kata chiko. “Lo
paham kan maksud gue san ?”
“iya chik aku paham,
maafin gue yaaa” kataku sambil menggenggam tangan chiko
“gueee …” belum
sempat chiko menyelesaikan kata-katanya
“sttt… kita pulang
yukkk” telunjukku berusaha untuk menahan kata-kata yang keluar dari
bibirnya
Dari el oro sampai ke
flatnya tak henti-hentinya aku menggenggam tangannya. Genggaman
tangan kami berdua membuat dinginnya salju menjadi lebih hangat.
Sesekali aku merangkul bahunya sepanjang jalan menuju flat tempat
chiko tinggal. chiko melemparkan senyum terindahnya selama aku kenal
malam itu. sampai di depan flat, chiko berusaha untuk tidak melepas
genggamannya di tanganku, rasanya malam ini ingin kuhabiskan bersama
dia.
“sann, gue sayang sama
eloo” kata chiko sambil memelukku
“gue juga chik”
kataku dengan perasaan campur aduk malam itu. entah senang, terharu
atau bahagia
. . . . . . . .
Dirumah, sekitar pukul 8
pagi aku masih harus sibuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian
yang kotor. Beberapa saat kemudian ada bunyi bel. Langsung saja ku
keluar untuk melihat siapa. Langsung kubuka pintu tanpa mengintip
dari lubang kecil di dalam akupun terkejut tak menemukan siapa-siapa.
Pikirku masa setan pagi-pagi menekan tombol bel pagi-pagi begini. Kan
setan lelah juga habis semalaman gentayangan. Kulihat di bawah ada
surat. Ku ambil dan segera aku masuk ke kamar. Kubuka isi surat
tersebut ternyata dari nana.
“hey san, ini nana.
Sorry gak sempet ke rumah lo. Sore ini aku pulang ke Jakarta soalnya
bokap sakit mendadak. Kalo sempet samperin ke bandara ya. Pesawat aku
pukul 5.45 di terminal 8F. bye san”
langsung ku mempercepat
langkah dan kerjaku membereskan rumah. Setelah selesai aku
mengirimkan pesan kepada chiko
“hei chiko, aku mau
nganter nana pulang ke bandara nih, mau ikut ?”
Sent
Beberapa saat kemudian
ada balasan dari chiko
“yes, take me in one
hour, dear”
Langsung ku bersiap-siap
untuk mengantar nana. Sebelumnya aku harus menjemput chiko dulu
kerumahnya. Kami berdua naik taksi ke bandara. Di jalan aku tak
memikirkan apa-apa kecuali apa yang harus kukatakan kepada nana
tentang chiko, tentang perasaan kita berdua.
“kamu kok diem sayang,
kok kayak ada yang dipikirin” Tanya chiko
“gak ada kok” balasku
sambil berusaha membuat chiko nyaman
Tak terasa kita sudah
sampai di bandara. Ku cari dimana dia berada. Dan aku baru ingat
bahwa aku lupa untuk bertanya bagaimana pakaian nana saat di bandara.
Otomatis kami terpaksa untuk mengenali nana dan mencari-carinya.
Kupikir mungkin nana sudah take off. Ku ajak chiko untuk pulang saja.
Tapi tiba-tiba chiko berseru
“lihat, itu nana”
sambil menunjuk kearah nana yang duduk di samping sebuah toko roti
Bergegas kami pergi
kesana
“hey, san, hey chiko”
sapa nana ketika melihat kami berlari ke arahnya
“gue kira lo udah take
off na” balasku. “oh ya, udah lama disini ?”
“udah lama hehehe sori
ya ngerepotin lo berdua” kata nana
“gak papa kok na, sori
juga bikin lo lama nunggunya” kata chiko membalas
“na, sebenarnya ada
yang pengen gue omongin sama lo” kataku dengan muka
serius.”sebenarnya gue sama chiko…”
Belum selesai aku bicara.
“gue udah tau semua san, chiko yang cerita” kata nana
“iya, aku udah cerita
semuanya sama nana” tambah chiko
Aku Cuma bisa terdiam.
Tak tahu harus berbicara apa.
“gue tau san kalo chiko
yang terbaik buat lo” kata nana sambil menunjuk kearah chiko. “gue
harus pulang sekarang san, makasih ya kalian berdua udah sempet
datang kemari. Makasih chiko, jagain ihsan ye, dia temen gue paling
nakal di SMA haha” kata nana sambil memeluk chiko
“iya na, jangan lupa
main-main lagi kesini nanti” kata chiko. “ihsan emang orangnya
nakal gitu na”
Setelah nana pamit dengan
chiko, tangan nana pun melambai di depan muka aku
“hey jangan melamun,
gue pulang dulu. jaga diri lo baik-baik ya san” kata nana
“iya na, lo juga
hati-hati. Salam sama papa mama” kataku
“dadah semua bye bye”
kata nana sambil menggerek koper yang dibawanya
“dadah naa” kata aku
dan chiko berbarengan. Nana yang tadinya masih terlihat di depan mata
kini sudah masuk ke dalam untuk menunggu take off ke Indonesia.
Lalu aku dan chiko pulang
dengan menaiki taksi kembali. ketika di dalam taksi aku kembali
berbincang dengan chiko.
“kamu tau, kenapa aku
dan nana putus dulu ?” kataku
“sudah..sudah.. aku
sudah tau. Lebih baik kita sekarang doakan semoga nana mendapatkan
pasangan yang sama dengan dia” kata chiko sambil memandangi mataku
dalam-dalam.
photo from : http://travelyuk.files.wordpress.com/2010/06/bordeaux-pont-pierre.jpg?w=610